Kamis, 09 Februari 2017

Tolerani Beragama yang Ratusan Tahun Terjaga Di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu



Jaga Tradisi Saling Sambang Lintas agama saat Hari Besar

Sejak ratusan tahun silam, komunitas Jemaat Greja Kristen Jawi Wetan (GJKW) Sidomulyo, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu hidup damai di tengah-tengah perkampungan muslim. Hingga sekarang, harmoni kehidupan sosial disana mampu terjaga.

KHAWAS AUSKARNI, Jember

SABTU (24/12) pagi, aroma natal mulai tampak saat Jawa Pos Radar Jember memasuki Dusun Sidumolya, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu. Sejumlah atribut umbul-umbul terpasang pada tiap sisi jalan perkampungan itu. Di sudut timur sejumlah jemaat sedang menata dekorasi ruangan gereja. Di tempat itu memang akan berlangsung upacara keagamaan.


Dusun Sidomulyo sendiri, masuk dalam wiyalah Administrasi Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu. Di dusun itu hidup sekitar 450 orang, dengan jumlah KK tidak kurang dari 160 orang.

Sutarlan, salah seseorang tokoh masyarakat setempat bercerita banyak tentang muasal leluhur mereka sebelum kemudian terdampar di perkampungan yang mulanya berbentuk rawa tersebut. Terhintung sejak tahun 1919, masyarakat Kristen Jawi Wetan telah mendiami daerah itu.

Remaja Muslim dan Kristen Rutin Bikin Agenda Bareng 

Mulanya, leluhur mereka datang dari Kabupaten Malng, Blitar, serta Kediri.

"Kalau ceritanya, ketika leluhur kami masuk ke wilayah yang sekarang jadi Dusun Sidomulyo ini masih berupa hutan gung lewang lewung. Tanahnya tanah rawa. Sehingga sangat susah dibuat bercocok tanam," ujarnya.

Sutarlan ini merupakan salah seorang anggota jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan (GJKW) Sidomulyo. Perawakannya tinggi besar. Dengan usia menjelang 60 tahun. Dia belum lam pensiun sebagai kepala sekolah pada salah satu SD Negeri di Ambulu.

Disadari olehnya, perkampungan Kristen di wilayah tersebut merupakan minoritas. Kendati demikian, sejauh ini hubungan mereka dengan warga kampung Muslim yang ada di dusun-dusun tetangga, utamanya Dusun Jatirejo, Desa Sabrang tetap dan kiar cair.

Wilayah Sidomulyo dibatasi oleh empat dusun yang mayoritas dihuni oleh warga muslin. Persis di sisi utara berbatasan dengan Dusun Jatirejo, sisi timur berbatasan dengan dusun Brego, sisi barat berbatasana dengan Dusun Pumo, serta sisi selatan berbatasan dengan Dusun Sumberejo.

Sudah sejak lama pula berlangsung tradisi saling sambang lintas agama saat momentum hari besar. Memasuki Idul Fitri, sejumlah warga Kristen dari Dusun Jatirejo. Pun sebaliknya, saat tiba waktu Natal, sejumlah warga dari Dusun Jatirejo yang notabene Muslim berkunjung balik ke rumah warga Sidomulyo.

"Dulu waktu saya masih kecil ngetren guyonan hari raya Jue dari hari raya Nasi," kata Mudenan, anggota jemaat GKJW Sidomulyo yang lain. Guyonan itu untuk menggambarkan jika warga dua dusun tersebut secara kebetulan sedang berpapas di jalan. Mereka mengidentikkan Idul Fitri dengan riyoyo jajan (hari raya kue, Red), dan Natal sebagai riyoyo sego (hari raya nasi, Red).dan Natal sebagai riyoyo sego (hari raya nasi, Red).

Sementara itu, Yanuar Eko Prasetyo, kepala dusun Sidomulyo mengatakan, organisasi GKJW Sidomulyo memiliki bidang yang bernama Seksi Antar Umat. Fokus dari Bidang itu Adalah menjalin silaturahmi dengan tokoh lintas agama.

Tak cuma itu, rutin tiap tahun selalu diagendakan kegiatan yang melibatkan sejumlah pemuda perwakilan dari Muslim dan Kristen. Seperti yang baru saja lewat ini bersama dengan saudara dari Ponpes Al-Amin dilaksanakan turnamen voli," kata Kepala Dun berusia 37 tahun itu.

Sehingga, praktis tidak pernah ada gesekan horizontal yang terjadi antara warga Dusun Sidomulto dengan dusun tetangga. Kendati demikian, jemaat GKJW SIdomulyo belum lama ini sempat mendapat imbauan dari mustpika setempat agar untuk sementara waktu tidak menggelar konvoi saat malam Tahun Baru sperti yang rutin mereka laksanakan ditahun-tahun sebelumnya.

Ini terkait dengan isu nasional yang belakangan memanas. Kendati masyarakat sini tampak tidak terpengaruh," paparnya.

Di pihak lain. Mohammad Toha Munandar, salah seorang tokoh agama Dusun Jatirejo, membernarkan keselarasan antara warga beda keyakinan didua dusun itu tetap berlangsung baik. Bahkan. Kedua warga sudah lama bersimbiosis dalam kegiatan perekonomian sehari-hari.

Hal yang paling tampak adalah saat memasuki musim cocok tanam atau masa panen. Pemilik sawah dari dusun Sidomulyo kerap menyewa tenaga dari buruh tani dari Dusun Jatimulyo. Begitu pula sebaliknya.

Hanya saja, Toha tak menampik munculnya permasalahan kecil yang sempat terjadi antara keduanya. contoh kasus soal peliharaan anjing milik warga Sidomulyo yang beberapa kali masuk hingga ke Perkampungan Muslim di Jatirejo. Namun, hal semacam itu mampu doremdam melalui proses mediasi oleh masing-masing kepala dusun, sehingga pada akhirnya tak samapi membesar. Sebagai Muslim kami menghindari anjing," katanya.

Bahkan, Toha juga mengaku memiliki kerabat di Dusun Sidomulyo yang juga berbeda keyakinan. Informasi dari kepala dusun setempat, ada sekitar empat KK di Dusun Sidomulyo yang muslim. Smentara itu, tidak kurang tiga KK di Dusun Jatirejo pengikut Kristiani. (was/c1/hdi)


Sumber : Jawa Pos Radar Jember 25 Desember 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar