Rabu, 22 Februari 2017

Listyorini, Pelatih Wanita di Pelatkab PBSI Jember


Motivasi Menjadi Tugas Utama Pelatih terhadap Atlet

Tak mudah menjadi pelatih bulu tangkis di era saat ini. Meski Jember dulu pernah dikenal sebagai lumbung pemain nasional, namun karena sempat vakum, Pelatkab Jember tak lagi menyuplai kebutuhan pemain nasional. Peran pelatih kini sangat besar untuk membangkitkan kembali semangat atlet-atlet bulu tangkis muda di Jember.

LINTANG ANIS BENA, Jember

PADA era tahun 1980-an, Jember memang dikenal sebagai lumbung pemain nasional. Tak sedikit atlet bulu tangkis jebolan Pelatkab PBSI Jember yang tertarik untuk mendukung Indonesia dalam berbagai kejuaraan dunia.

Sebut saja Trikus Hariyanto, Toni Gunawan, Maria Kristin, Finarsih, eni Juliati, dan sedert nama lain yang 'lulu' dari pelatkab

Kejayaan inilah yang ingin diulang kembali di era tahun 2010-an. Tahun ini, PBSI Jember kembali mengaktifkan Pelatkab Jember untuk mencari bibit-bibit atlet bulu tangkis yang potensial. Mereka dikumpulkan untuk menjalai latihan di GOR Argopuro dua kali sehari setiap harinya.



Lega Asrama GOR Argopuro Direhab


Para atlet yang kini berjumlah 13 pebulu tangkis muda ini latih oleh tiga pelatih dan satu pelatih utama. Prof Hari Setiono, pelatih Pelatkab Jember era 1980-an kemabali diundang untuk membentuk kembali kekuatan yang ada pada pebulu tangkis Jember. Selain itu beberapa nama seperti Indra, Agus, dan Listyorini yang berpengalaman melatih anak-anak Jember juga didapuk menjadi pelatih pelatkab.

Listyorini menjadi satu-satunya pelatih wanita dalam Pelatkab Jember. Namanya sudah tak asing lagi di dunia bulu tangkis. Dirinya sempat mencicipi pelatihan di Pusdiklat Ardath Puspa Jawa Pos Jember sejak tahun 1986 hingga 1992 silam. Masuknya bareng sama Samsul Yulianto, Faturrozi, Imanda dan Ita Ardwiantini akunya.

Karena dipanggil ke Pusdiklat Jember, wanita yang akrab disapa Rini ini harus meninggalkan tanah kelahirannya di Mojokerto dan hijriah ketika dirinya masih duduk di kelas 3 SMP. Namun sebenarnya Rini telah mengenal bulu tangkis semenjak masih berseragam putih merah.

Hal ini tak mengherankan, mengingat perempuan berambut sebahu ini lahir dan besar di tengah keluarga yang juga penggemar bulu tangkis. Sang ayah, meskipun bukan pemain profesional, juga sesekali bermain bulu tangkis. Sementara kedua kakaknya juga katif dalam dunia bulu tangkis sebagai atlet.

"Kakak saya yang pertama sempat menjalani pendidikan di Ragunan (sekolah atlet, Red). Sedangkan kaka kedua saya sempat main di klub juga, tetapi semenjak sakit dia berhenti," tuturnya.

Setiap hari Rini dan puluhan atlet bulu tangkis lainnya harus menjalani sesi latihan dua kali sehari, pada pagi dan sore hari. Wanita yang sering bermain sebagai bagian dari tim ganda putri ini melakukan latihan fisik di pagi hari, dan l;atihan teknis di sore hingga malam hari sepulang sekolah.

Setelah tak lagi aktif di pusdiklat, bungsu dari tiga bersaudara ini sempat vakum dari dunia bulu tangkis. Dirinya kembali aktif sebagai pelatih pada tahun 1995, ketika diajak oleh Nono Gunawan. Kemudian pada 1999 hingga 2010 klub Suryanaga menariknya sebagai pelatih di Surabaya. "Baru tahun 2010  saya klembali ke Jember karena mertua meninggal, kemudian diajak melatih lagi sama Mbak Eni (Eni Juliti)," kenangnya.

Berbagai kejuaraan sudah pernh dia ikuti, termasuk kejurnas dan seleknas. Saking banyaknya Rinio bahkan tidak ingat lagi kapan terakhir dia meraih gelar juara paling tinggi.

"Seingat saya waktu seleknas, tetapi hanya sampai juara dua," akunya.

Sayangnya, kedua putrinya masih belum ada yang hendak meneruskan jejak Rini. Maheswari Naifah Nirmala, putri sulung memiliki bakat di bidang akademik dan kesenian, sementara si bungsu Khiara Kasih Halena aktif sebagai pemain wushu.

ketika mendengar gagasan pelatkab akan kembali diaktifkan, istri dari Eko Susanto Yuniadi ini menyambut positif ide tersebut. Apalagi prestasi bulu tangkis di jember masih agak melempem. "Dengan adanya pelatkab lagi kita bisa mencetak pebulu tangkis andal," katanya.

Mengenang kembali masa-masa dirinya masih menjadi anak asrama, Rini mengaku banyak perubahan yang terjadi saat ini. Yang tampak adalah kegiatan operasional yang masih dilakukan secara swadaya.

"Kalau dulu dibiayai oleh sponsor, bahkan para atlet sampai diasramakan supaya sesi latihannya lebih optimal. Sedangkan sekarang masih ditangani swadaya dari para orang tua. Anak-anak juga harus pulang-pergi dari rumah ke gedung untuk ikut latihan. Kasihan yang rumahnya jauh, seperti Haikal yang tiap hari PP Jember-Kalisat," tuturnya.

Namun dirinya bisa sedikit lega karena PBSI tengah merehab kembali asrama yang letaknya tepat di samping GOR Argopuro. Dengan demikian fokus para atlet tidak perlu terpecah. "Kalau dulu masuk pusdiklat fokusnya hanya di bulu tangkis, jadi tidak terpecah ke sekolah dan akademik," ujarnya

Hal inilah, kata dia, yang cukup mengganggu konsentrasi atlet. Karena sebagai besar pelajar saat ini baru pulang sekolah pada sore hari, seringkali Rini melihat mereka sudah terlalu lelah ketika latihan. "karena pulangnya sore-sore, jadi mungkin sudah capek," imbuhnya.

Apalagi dari sisi motivasi, Rini merasa semangat atlet masih kurang tinggi. Sistem promosi dan degradasi yang mulai diterapkan masih belum terlalu meningkat motivasi para atlet muda sekarang. "karena itu, yugas pelatih sekarang adalah meningkatkan motivasi atlet," tegasnya.

Kendati demikian dirinya tak lantas putus asa. Latihan di pelatkab tetap diterapkan semenjak pertengahan tahun ini, dan rupanya hasilnya cukup signifikan. Sebagai langkah awal, pebulu tangkis Jember berhasil meraih dua mendali perunggu pada perhelatan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) Jawa Timur awal November lalu.

Ini prestasi yang cukup menggembirakan bagi Rini. Apalagi dia dan para pelatih lain tidak menargetkan terlalu tinggi. "Masuk delapan besar saja sudah alhamdulillah, karena dari sisi materi sebenarnya kita tidak berharap terlalu banyak," akunya.

Dengan prestasi tersebut, Rini berharap ini bisa menjadi pijakan pertama kebangkitan bulu tangkis di Jember.Meskipun masih belum bisa merekut atlet dari luar kota, namun setidaknya bisa mencari bibit-bibit atlet dari berbagai klub di Jember. "Saat ini kita baru sebatas pemantauan dulu di klub-klub, mana yang berpotensi ya kita tarik ke pelatkab," pungkasnya. (c1/hdi)



Sumber : Jawa Pos Radar Jember 16 November 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar