Selasa, 21 Februari 2017

Mahasiswa Polije Ciptakan Alat Pemecahan Serat Kasar


Juara II Tingkat Nasional dalam Lomba KTI di Semarang

Steam explosion presser merupakan alat yang dibuat oleh mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Energi Terbarukan. fungsinya untuk memecahkan serat kasar pada limbah pertanian. Salah satunya adalah limbah kulit koro pedang.

BAGUS SUPRIADI, Jember

TIGA mahasiswa dari kampus Politeknik Negeri Jember patut bangga. Sebab, karya yang mereka buat mampu meraih prestasi tingkat nasional. Yakni juara dua lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang dalam ajang Mechanical Weekend Technologi 2016 di Politeknik Negeri Semarang, 5 November lalu.

Mahasiswa kreatif itu adalah M. Fadil Lukman, Vivia Lugista sari dan Ahmad Ashif Yahya. Ide membuat alat itu muncul saat mereka melihat limbah kulit koropedang yang tidak terpakai. "Biasanya buah itu dibuat kue, limbahnya dibuang begitu saja," kata Fadil.

Dari sana, Fadil bersama teman-temannya tergelitik umtuk memanfaatkan limbah itu. Salah satunya sebagai bioethanol generasi kedua. Gagasan itu bukan hal yang tidak mungkin. Sebab, buah koro pedang mengandung selulosa.

Fadil bersama temannya meneliti kandungan buah tersebut. Hasilnya, kandungan selulosa kulit koro pedang sebesar 39,55 persen, hemiselulosa 15,91 persen, dn kandungan lignin sebesar 15,88 persen



Belum Bisa Dipakai dalam Skala Besar


Kami analisi kandungan itu di laboratorium," ujar mahasiswa asal Bondowoso tersebut.

Setelah itu, limbah yang berupa kulit itu di pretreatment dengan alat sederhana yang mereka buat. Yakni steam explosion untuk memecahkan lignin atau serat kasar dengan hasil terbaik pada tekanan 200 psi. Alat itu dapat memecah selulosa sebanyak 96,3 persen, kadar ethanol tertinggi setelah proses hidrolisis, fermentasi dan destilasi sebesar 42,13 persen.

Steam explosion itulah yang meraih juara dalam lomba KTI. Setelah pernah diikuti dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan ditulis dalam jurnal. Padahal, barang untuk membuat tersebut merupakan barang bekas. Seperti besi bekas, cat bekas dan lainnya.

Alat itu dapat memecah 96 persen lignin atau serat kasar limbah. Hal itulah yang menjadi salah keunggulan ketika dipresntasikan dalam lomba. Kemudian meraih juara mengalahkan 14 tim dari kampus lain. "Saat proses buat, kami melakukan banyak diskusi dengan teknisi," akunya

Fadil menambahkan, pembuatan biothanol generasi kedua dengan alat itu koro pedang sebagai bahan utama. Namun, juga bisa menggunakan limbah lain dari sektor pertanian. "dalam 10 menit, alat itu bisa untuk 200 gram limbah, hasilnya sebanyak 15 mili etanol," ungkapnya.

Namun demikian alat itu masih berupa prototype, sehingga tidak bisa dipakai dalam jumlah besar. Sebab, hanya untuk kepentingan lombakan. "Kalau akan dimanfaatkan dalam skala besar, maka harus membuat alat yang lebih besar juga" tambah Ahmad Asif Yahya.

Sehingga alat itu belum bisa dikembangkan dalam skala lebih tinggi. Tetapi jika ada penelitian lebih lanjut, tiga mahasiswa itu akan mengembangkan karyanya yang mampu mengalahkan sejumlah perguruan tinggi ternama, seperti Universitas Padjajaran.

Melalui karya itu, mereka tertarik untuk terus menciptakan alat energi terbarukan yang inovatif. Dia berharap alat itu bisa memberikan manfaat kepada masyarakat. Sebab, karya dari ITS yang meraih juara satu sudah diterapkan oleh warga. "ITS membuat boks pendingin pakai tenaga surya," akunya.

Alat itu sudah dipakai oleh masyarakat, sehingga mampu meraih juara satu. Sedangkan juara tiga di raih oleh Universitas Brawijaya yang membuat ethancol dari biogas dan plastik. (c1/har)



Sumber : Jawa Pos Radar Jember 14 November 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar