Sabtu, 25 Februari 2017

Perjuangan Pemuda Desa Mendirikan Raung Tubing Adventure


Dihina Sebagai Orang Gila, Dianggap Wisata Maksiat

Sungai Suren di Desa Sumberbulus, Ledokombo, kini menjadi objek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan. Ada petualangan menarik yang memancu adrenalin, yakni Raung Tubing Adventure sepanjang 3,5 km.

BAGUS SAJIWO, Jember
AWALNYA hanyalah keinginan sederhana, menjadikan sungai yang ada di desanya sebagai tempat berpetualang. Sebab, potensi sungai itu memiliki arus yang cukup besar, Sehingga cukup layak jika dimanfaatkan sebagai wisata tubing.

Tak hanya itu, sejumlah pemuda Desa sumberbulus mulai terpengaruh pergaulan yang kurang baik. Seperti mengonsumsi minuman keras, obat-obatan serta dunia malam. Untuk menghindari kegiatan negatif itu, perlu ada aktivitas yang bisa meninggalkan kebiasaan buruk.

Begitu juga dengan kelaziman warga sekitar, masih banyak yang membuang sampah di sungai. Bahkan, kotoran hewan pun juga dilempar ke sungai yang juga disebut kali Nemu tersebut. Hingga akhirnya, kepedulian untuk mengubah Desa sumberbulus dilakukan oleh segilintir pemuda. "Kami mencoba bermain tubing di Lumajang, tujuannya untuk belajar membuat dan mengelola tubing," kata Irwan, salah seorang pendiri Raung Tubing Adventure. Irwan tak sendiri.


Dikenakan Rp 25 Ribu per Orang

Dia bersama pemuda desa lainnya, yakni Mustofa, Asari dan Kusmuri, kepala desa.

Di Lumajang, mereka mulai terinspirasi untuk mewujudkan gagasan wisata tubing yang sudah ada dalam pikiran sejak dulu. Pulang dari kota pisang, mereka langsung bekerja nyata, mempersiapkan konsep pembuatan raung tubing adventure.

Keinginan itu semakin mudah. Sebab, mereka dibantu oleh mahasiswa yang  sedang KKN di desa tersebut. Mereka ikut membantu menyusun konsep pembangunan wisata tubing, "Kami langsung membersihkan sungai dan survei kotoran hewan yang dibuang di sana," terang Irawan.

Survei itu dilakukan untuk melihat kotoran hewan yang dibuang. Mereka mencarikan solusi agar tidak dibuang di sungai. "Kalau di daerah lain mungkin dipakai untuk pupuk, tapi di sini dibuang di sungai ungkapnya.

Akhirnya, mereka berupaya agar ada lahan khusus tempat pembuangan kotoran hewan. Yakni berkonsultasi dengan UTP Pengairan Kalisat dan pemerintahan desa. Hingga kemudian disediakan tempat pembuangan khusus kotoran.

Tak hanya itu, pekerjaan berat masih di depan mata, mulai dari ranting pohon yang menghalangi lancarnya wisata tubing harus dibersihkan. Begitu juga dengan batu besar yang menghalangi kelancaran tubing. Kami menyeret batu besar itu bersama-sama, memanggilnya memakai linggis, dipindahkan ke pinggir," tuturnya.

Membersihkan sungai itu membutuhkan waktu sekitar dua bulan. Tetapi karena memiliki kemauan kuat untuk mengembangkan potensi, tak ada halangan yang berat  bagi para pemuda Desa Sumberbulus. "Oleh sebagian orang kami dinilai stres dan gila karena tidak ada kerjaa," akunya.

Selesai menata sungai, pekerjaan lain masih menanti. Yakni menyediakan peralatan tubing. Menariknya, BPKB sepeda motor salah seorang anggota digadaikan. Tujuannya untuk membeli alat tubing, seperti ban, helm, dan pelampung. "Kami semua urunan untuk melengkapi wisata ini," imbuhnya Mustofa.

Sekarang, Raung Tubing Adventure sudah memiliki 40 ban 40 helm dan 25 pelampung. semua itu hasil swadaya pemuda yang ingin menciptakan perubahan. "Awalanya naik tubing hanya Rp 15 ribu, sekarang sudah Rp 25 ribu per orang," ungkapnya.

Perjuangan yang dilakukan segelitir pemuda itu mampu memberikan inspirasi bagi pemuda lain. Awalnya, anak-anak yang suka keluyuran, minum-minuman keras, berubah karena memiliki aktivitas yang positif. Bahkan, sekarang sudah ada 30 anggota yang merupakan pelajaran SMP dan SMA.

Setiap hari libur, Raung Tubing Adventure selalu ramai oleh para wisatawan. Sayangnya, niat baik tidak dinilai baik oleh semua orang. Masih saja ada warga yang tidak sepakat dengan kreativitas  anak muda tersebut. Ada yang menilai sebagai wisata maksiat, bahkan menguntungkan segelitir orang.

Kendati demikian, semangat para pemuda tidak surut. Mereka tetap mengembangkan wisata tubing di aliran sungai di lereng Gunung Raung tersebut. Semangat mereka berapi-api agar desanya menjadi maju.

Tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah sampah yang masih dibuang ke sungai. Mereka harus menjaga keberhasilan itu agar tidak mengecewakan pengunjung. Terkait kemampuan dan keamanan wisatawan, dipelajari secara otodidak oleh mereka.

Sungai yang dipakai tubing sepanjang 3,5 km tersebut bisa ditempuh selama 2 jam. waktu tersebut tidak terasa karena bisa menikati keseruannya. Bahkan juga melewati air terjun, lalu ada sumber air yang sangat segar," pungkasnya. (c1/har)

Sumber : Jawa Pos Radar jember 21 November 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar