Pernah Satu Klub dengan Bayu gatra
Memiliki keterbatasan fisik, tak harus mengubur cita-citanya sebagai seorang atlit sepak bola. Bahkan, kedua pemuda difabel asal Kecamatan Ledokombo, terpilih menjadi pemain andalan sepak bola kontingen Jatim di Peparnas Jabra 2016. Seperti apa?RULLY EFENDI, Jember
TIGA pria tampak terburu-buru. Jalannya dipercepat. Mereka menuju ruang pertemuan di lantai dua Pemkab Jember. Setiba di ruang ber-AC, mereka masuk diantar Eko Heru Sunarso, yang saat menjadi Plt Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Jember.
Tak lama kemudian, mereka bertiga keluar ruangan. Toilet tamu menjadi tempat tujuan berikutnya. Hanya sekitar lima menit, baju yang mereka kenakan berganti satu stel training bermotif merah putih. Di dada kirinya, tertulis kontingen Jatim lengkap dengan logo pemprov. Sedangkan medali perunggu, hanya dua orang yang memakainya.
Dua pemuda berkalung medali perunggu itu bernama Bambang Subiantoro dan Hairul. Mereka berdua warga Kecamatan Ledokombo, yang terpilih menjadi anggota kontingen Jatim di cabang olahraga sepakbola. Hanya mereka berdua yang menjadi wakil Jember di cabor sepak bola.
Tak MInder Meski Mengalami Keterbatasan Fisik
Dalam Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) di Bandung Jabar. Sebuah even olahraga yang menyerupai PON. Namun dalam ajang Pepanas, hanya atlet difabel yang menjadi pesertanya.Bambang dan Hairul seorang penyandang tunadaksa. Namun dua kakinya normal.Hanya tangannya yang mengalami kekurangan. Bahkan kecepatan berdirinya, tak kalah dengan masyarakat normal lainnya. Bisa-bisa lebih unggul. "Sejak kecil saya sudah suka main sepak bola," kata Bambang.
Pria berumur 28 tahun itu mengaku pernah satu klub dengan pemain sepak bola nasional Bayu Gatra. Bahkan, rumahnya berseberangan lapangan dengan pemain Madura United itu. "Bayu Gatra umurnya lebih muda dari saya," imbuhnya.
Meski memiliki kekurangan fisik, Bambang mengaku tak pernah minder dengan rekan sesama pemain sepak bola di kampungnya. Baginya, terpenting skill bertanding di lapangan tak boleh kalah dengan pemain lain. Sehingga tak heran, jika kontingen sepak bola Jatim, selalu mengajaknya berlaga di Peparnas. Bahkan sebelum di Jabar, dia juga ikut menjadi pemain sepak bola.
Pengalaman dan senioritas yang dimilikinya, membuat pelatih dan tim manajemen kontingen Jatim, menunjuknya menjadi kapten tim sepak bola Jatim. tentu bukan hal mudah memimpin tim yang memasang terget medali. "Saya pun kemudian meminta support dari Hairul," ujarnya. Terlebih teman satu daerahnya itu sudah mengenal pola permainannya.
Kepemimpinan Bambang sebagai jenderal lapangan, sukses mengantarkan kontingen Jatim menduduki perempat final. Bahkan salah satu tim favorit asal Riau, berhasil ditaklukkan dengan skor 2-0. Namun dalam babak penentuan menuju final, timnya harus mengakui keunggulan kontingen Kalimantan Selatan yang diperkuat pemain tim nasional.
Keberhasilan meraih medali membuat Hairul, semakin terpacu berlatih sepak bola. Apalgi, usianya jauh lebih muda dari Bambang, membuatnya memiliki kesempatan kembali bertanding di ajang bergengsi tersebut. "Saya juga akan tetap ikut tanding, di klub yang diisi pemain bola normal," janjinya.
Bagi Hairul, keterbatasan fisik bukan penghalang menggapai prestasi. Juga bukan alasan merendahkan diri. Apalagi sampai minder. Sebab, sejatinya mengukur kapasitas seseorang ada pada prestasi. Prestasi yang kami raih saat ini, tak lain sebagai pemacu semangat para difabel lainnya untuk terus berprestasi," katanya. (rul/c1/hdi)
Sumber : Jawa Pos Radar Jember 18 November 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar