Jumat, 10 Februari 2017

Menengok Kreasi Cokelat Isi Local Edamame Khas jember

 

Modal Rp 2 Juta, Pesanan Mulai Rambah Luar Daerah 

Berawal dari keinginan berwirausaha di kampung halaman, Mohamad Risko Palevi kini mulai fokus mengembangkan usaha makanan kemasannya. Cokelat edamame dipilih dangan semangat.

DI
rumahnya yang sederhana di kawasan Mangli Kecamatan Kaliwates, pemuda kelahiran Jember ini fokus mengembangkan makanan cokelat kemasan berisi edamame dengan merek Fondre.

"Fondre itu kalu tidak salah berasal dari bahasa Prancis, artinya meleleh," tutur pemuda asli Jember ini.

Risko mengaku sudah memulai usahanya dari tahun 2014. Dia memilih berwirausaha setelah memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaannya di bidang tower Telekomunikasi. "Biar dekat sama  keluarga di sini," ujar alumnus Diploma Teknik Telekomunikasi Poltek Malang ini.

Risko tidak langsung tercetus ide memproduksi cokelat berisi Edamame. Awalnya, ddia sempat memproduksi makanan kemasan cokelat dengan isi Suwar-Suwir.

"Konsep produk saya intinya adalah mengandung kekhasan Jember," ujar alumnus SMAN1 Arjasa tahun 2006 ini. Saat itu, di belum menggunakan merek.

Kerja Sama dengan Toko di Malang dan Surabaya


Semula cokelat berisi Suwar-Suwir ini mendapat respons yang cukup baik dari pasar. Dia memasarkan produknya dengan cara sedrhana, yakni dengan menitipkannya ke beberapa toko makanan di Jember. Namun, respons positif tersebut hanya bertahan sebentar.

Kalau saya analisa, spertinya mencampur cokelat dengan suwar-suwir membuat konsumen cepat eneg. Karena manis dicampur dengan manis," kata pria kelahiran 28 tahun silam ini.

Atas ide dari istrinya, Risko tercetus mengganti isi cokelatnya dengan edamame. Masih seperti konsep awal. Karena edamame ini banyak dihasilkan di Jember," tutr Risko.

Setelah melalui beberapa kali uji coba, produk cokelat yang dia hasilkan mulai mendaptkan respons positif dari pasar. Selama setahun terakhir, omsetnya mulai stabil jutaan rupian setiap bulannya. Dia membagi produk cokelat berisi edamamenya itu dalam`tiga kemasan, yakni cokelat injar (dalam kemasan botol kecil), cokelat in-cup (dalam kemasan plastik) dan cokelat batangan. Sebuh kira-kira bisa habis 15 kilogram edamame dan 1 kuintal cokelat, ujar Risko


Saat ini dia mulai memasarkan produknya dengan offline sekaligus online. Selai menitipkan di toko-toko makanan, Risko juga memajang [roduknya di situs jual beli online. Namun dia lebih memilih fokus memasarkan melalui kerja sama dengan beberapa toko makanan. Agak susah bagi waktunya juga kalau lewat online," aku Risko.

Untuk penjualan online, pemesanan bisa datang dari berbagai kota di Indonesia. Paling jauh kemarin ke Balikpapan. Sama Bali juga sering," tutur Risko

Saat ini, Risko juga menjalin kerja sama dengan beberapa toko makanan di Malang dan Surabaya. Malang cukup prospektif, karena banyak destinasi wisata di sana. Sehingga peluang untuk oleh-oleh makanan, "ujar Risko

Selain itu, Risko saat ini juga aktif ikut dalam berbagai pameran makanan. "Minggu depan, kita rencanannya ke Jakarta untuk pameran makanan," kata Risko.

Meski penjualannya sudah stabil dan bahkan trennya tetap naik, Risko memilih tidak berpuas diri. Beberapa inovasi terus dilakukan. Seperti mulai memberikan varian isi kismis, di samping edamame. Selain itu, dia juga terus belajar melakukan pengepakan yang lebih baik. Dulu pernah saya kirim cokelat ke luar pulau dengan kemasan toples kaca tipis. Sampai dilokasi ternyata banyak yang rusak, Tutur Risko.

Dia juga berusaha memenuhi berbagai syarat sertifikasi seperti dari Dinas Kesehatan dan MUI. Karena di beberapa toko besar. disyaratkan beberapa sertifikasi, selain juga pengemasan yang baik," tutur Risko.

Saat awal memulai usaha, Risko memulainya dengan modal yang tidak terlalu besar, hanya sekitar Rp 2 Juta. Sebagai besar modal itu, dia gunakan untuk membeli peralatan seperti alat untuk melelehkan cokelat (steamer) dan cetakan. Karena saat itu saya sudah berkeluarga, tabungan dari pekerjaan saya sebelumnya juga terus berkurang. Makanya, saya memaksa diri saya sendiri untuk terus maju," ujar Risko.

Bagi masyarakat yang ingin memulai usaha terutama di bidang kuliner, Risko mengaku dengan dengan senang hati jika diminta untuk membagikan pengalamannya. "Intinya sih, setia ada ide, langsung dieksekusi. Tentu setelah lewat pertimbangan yang matang juga," kata Risko.

Selain itu, yang tidak kalah pentingnya menurut risko, setiap melakukan usaha atau ada kesalahan, perlu cepat diadakan evaluasi dan tindakan lebih lanjut.(mg/c1/hdi)



Sumber : Jawa Pos Radar Jember 27 Desember 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar