Jumat, 24 Februari 2017

Di Balik Acara Klasik Gerak Jalan Watu Ulo-Ambulu (Watam)


Biar Ngejreng, UMKM Lokal se Ambulu Dilibatkan

Acara di Kecamatan Ambulu ini selalu ditunggu-tunggu oleh seluruh warga Jember selatan. Aksi-aksinya cukup kreatif dan atraktif mulai alun-alun Ambulu hingga Pantai Watu Ulo

KHAWAS AUSKARNI, Ambulu
SEJAK pukul 09.00 kemarin, para peserta mulai berduyun-duyun menuju areal wisata Pantai Watu Ulo, di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu. Gelombang manusia dari beragam usia tersebut tampak tidak sabar menunggu dimulainya kegiatan yang dihelat setahun sekali tersebut.

Mereka rela berpanas-panasan pantai yang sudah mulai jarang ditumbuhi tanaman peneduh tersebut. Bahakan mereka tetap semangat berdandan seunik mungkin. Panitia memang membebaskan para peserta untuk memakai kostum kreasi sendiri.

Tampak sejumlah regu berdandan ala Suku Dayak dari Kalimantan. Satu regu lain yang semua anggotany perempuan memilih berdandan layaknya putri Bali, lengkap dengan bunga di telinga kananya.

Namun, ada satu regu yang cukup menarik perhatian peserta lainnya. Yakni, sekolompok orang berkostum hitam lengkap dengan pakaian dan atribut selam.



Tahun Ini Diikuti Lebih 4.000 Peserta


"kami Sehari-hari memang berprofesi sebagai penyelam di pantai," kata Sukri,40. koordintor regu selam tersebut. Semua peserta yang ada dalam regunya tersebut merupakan pemuda Desa Watu Ulo, yang sudah bertahun-tahun menjadi menjadi penyelam. Kendati demikian, baru dalam gelaran acara Watam tahun ini mereka terlibat.

Sukri mengatakan, selain memang berniat memberi partisipasi pada hajatan Watam tersebut, pihaknya juga ingin mengkampanyekan ihwal keberadaan komunitas peselam yang menaruk kepedulian pada kelestarian lingkungan laut.

Menginjak pukul 13.30, satu per satu rombongan mulai diberangkatkan oleh panitia. Tampak pula para pedagang makanan dadakan. Sejumlah warga yang rumahnya dilintasi gerak jalan tradisional tersebut memanfaatkannya guna menjual jenis makanan dan miniman.

Sementara itu, di salah satu sudut kerumunan ribuan peserta yang sedang menanti giliran start, berdiri seorang pria dengan kaos merah dan celana olahraga warna putih. Dia adalah Camat Ambulu, Sutarman, yang sedianya juga akan mengikuti gerak jalan sejauh 12 kilometer tersebut, mulai dari Pantai Watu Ulo hingga Alun-alun Ambulu.

"Kegiatan ini merupakan ikon Kecamatan Ambulu. Sekian lama pernah vakum. Dan Watam tahun ini merupakan gelaran kedua, setelah hampir 13 tahun berhenti," jelas camat.

Sebelumnya, bukan cuma Ambulu yang memiliki gelaran macam itu. Daerah-daerah lainnya seperti Wuluhan dan Kencong juga sempat memiliki acara yang serupa. Namun, partisipasi peserta tiap tahunnya semakin lama semakin minim. Itu pula yang lantas membuatnya sempat ragu untuk menghidupkan lagi agenda Watam.

Permasalahan lain, gelaran Watam bukanlah didanai dari anggaran daerah. Sehingga, memang harus digelar, mesti melibatkan panitia besar guna mengumpulkan puluhan juta dana dari pihak sponsor dan sisanya dari biaya pendaftaran.

Kendati demikian, apa yang menjadi kekhawatirannya tidaklah terbukti. Selama masa pemerintahnya, Watam tahun 2015 kemarin merupakan yang pertama baginya. Kala itu, panitia berhasil menjaring sekitar 200 peserta beregu, serta tak kurang 1.000 peserta perorangan.

Itupun yang terdata," katanya. Sebab, ternyata banyak pula peserta yang ikut tanpa mendaftarkan diri.

Sementara itu, pada tahun ini pihaknya mendata ada 4.000 lebih peserta yang mendaftarkan diri. Tentu saja, secara kuantitatif menunjukkan peningkatan partisipaso peserta

Untuk itu pula, panitia mencoba memberi modifikasi pada kegiatan yang juga ditunjukan guna memperingati hari pahlawan tersebut agar lebih apik dan bernilai tambah (value added) lebih.

Sehingga, ini yang pertama dimana penggiat UMKM di seantero Ambulu diberikan kesempatan untuk menggelar stand-stand di sekitar titik finish. Tak kurang dari 50 pelaku UMKM, baik itu produsen maupun pedagang dilibatkan.

Sehingga peserta Watam yang tidak hanya warga Ambulu tersebut bisa tahu bahwa Ambulu juga punya banyak pengrajin barang seni seperti jimbe, manik-manik, hingga produsen makanan sekelas jenang dodol yang gaungnya. (was/hdi)



Sumber : Jawa Pos Radar Jember 20 November 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar