Aktif Tanam Mangrove di pantai Payangan
KHAWAS AUSKARNI, Jember
SEMENJAK awal berdiri sekitar dua bulan lalu, komunitas yang menjadi tempat berkumpulnya aktivis lingkungan ini gencar melakukan penanaman-penanaman pohon di banyak tempat. Mereka juga kerap mengajak masyarakat untuk turut terlibat dalam gerakan tersebut.
Adalah Agung Puji Santoso yang mulanya mempunyai gagasan tersebut. Sebagai orang yang sudah lama bergelut dalam pelestarian lingkungan, Agung, mengajak kembali rekan-rekannya yang sudah lama tidak bersua untuk ikut melestarikan lingkungan.
Komunikasi intens serta tukar gagasan kerap dilalukan melalui media sosial. Samapi akhirnya mereka sepakat menggelar aksi penanaman bibit pohon beringin di kompleks wisata Teluk Love, Payangan, Desa Sumberejo, Ambulu.
Kopi darat sekaligus gerakan perdana tersebut ternyata tidak hanya dihindari oleh kawan-kawan yang berlantar belakang aktivis lingkungan. Umumnya, dari mereka mengajak saudara atau kawanya yang lain untuk turut terlibat.
Dana Andalkan Anggota dan Donatur
Alhasil, sekitar50 orang yang berpartisipasi dalam kegiatan itu. Momentum tersebut lantas menjadi cikal bakal terbentuknya KOmunitas Pedal. Orang-orang yang terlibat tersebut bersepakat untuk memiliki identitas dan tidak hanya melakukan kegiatan tanpa status.
Kendati sudah bernama, namun para pengurusnya mengaku Pedal tidak bersifat tertutup. Mereka tak mengidentifikasi anggotanya berdasarkan proses pendaftaran. Akan tetapi lebih siapa saja yang mau terlibat. "Kalau untuk anggota, siapa saja bisa," tutur Agung.
Dalam perjalanannya, kegiatan Pedal kian bergulir. Aksi penanaman-penanaman serupa kerap digalakkan oleh mereka yang aktif. Sifatnya bisa terbuka, bisa pula tertutup. Artinya, agenda kegiatan terkadang dipublikasikan melalui media sosial untuk memberi informasi kepada siapa-siapa yang mau ikut. Namun, terkadang kegiatan dilakukan sendiri oleh anggota tanpa melibatkan pihak luar.
Sebagai perkumpulan yang baru berdiri, Pedal hampir selalu menghandalakan pendanaannya dari para anggoto dan donatur. Sejauh ini itulah satu-satunya cara yang bisa diakses oleh pengurus.
Meski baru banyak beraktifitas di sekitar Pantai Payangan, Pedal juga memiliki agenda untuk mencari titik lain sebagai sasaran gerakan mereka. Yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi adalah lingkungan yang eksistensinya rawan dan menjadi kunjungan wisatawan.
Karena itu, seperti peristiwa banjir di salah satu wilayah di Wuluhan tak luput dari perhatian mereka. Disinyalir, banjir tersebut akibat jebolnya tanggul.
"Nanti kami akan mengajukan penanaman pohon di sekitar tanggul itu. Karena akar-akar pohon juga bisa memperkuat daya tahan tanggul terhadap tekanan air," kata Muhammad Ambari, ketua Pedal.
Sebagai penyemangat, motto Pedal adalah Satu Mangrove Untuk Sejuta Kehidupan. Kalimat yang tersusun dari kata itu bukan tanpa makna. Faktanya, satu pohon mangrove bisa hidup di sana. Mahluk layaknya kepiting, ikan-ikan kecil akan memanfaatkannya menjadi sarang berproduksi.
Kendati baru bersifat rencana, Pedal juga akan melakukan upaya pengkaderan kepada anak-anak muda untuk menjadi aktivis lingkungan tak sampai putus cukup pada generasi sekarang. (har)
Sumber: Jawa Pos Radar Jember Kamis 19 Desember 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar