Jumat, 17 Februari 2017

Komunitas Keberagaman Peace Leader Jember



Terbarkan Pesan  Hidup Damai di Indonesia

Keberagaman agama, budaya, suku yang ada di Indonesia  perlu dirawat oleh generasi bangsa. Banyak cara untuk mewujudkannya, seperti yang dilakukan oleh kalangan lintasan iman di Jember.

BAGUS SUPRIADI, Jember

SEKELOMPOK anak muda dari berbagai suku dan agama tampak kompak. Perbedaan keyakinan tidak menjadi alasan bagi mereka untuk menebarkan pesan damai bagi generasi bangsa. Mereka adalah anggota Komunitas Keberagamaan Peace Leader Jember.

Komunitas yang diisi oleh beberapa kalangan lintas iman, seperti Muslim, Hindu, Kristen, Budha, dan lainnya. Dalam beberapa kesempatan, mereka berkunjung ke berbagai.


Sebelum Ikut Pelatihan di Jogja

Tempat ibadah. Seperti membersihkan, gereja ataupun wihara. "Kami sering menjalani silaturahmi dengan pesantren, "kata Redy Saputro, koordinator komunitas tersebut.

Harapannya, agar kerukunan antar umat beragama bisa terus terjalin. Dia menilai, Jember merupakan kabupaten yang memiliki tingkat kerentanan konflik cukup tinggi. Sejumlah kasus-kasus intoleransi atau pelanggaran kebebasan beragama beberapa kali terjadi. Seperi, konflik di Puger penolakan pendirian gereja, dan pendirian masjid anatr kelompok yang menimbulkan konflik serta kekerasan. "Selama ini penyelesaian konflik dilakukan setelah terjadi kekerasan," terangnya.

Padahal, langkah-langkah preventif dengan melakukan deteksi dini terhadap potensi konflik sangat penting. Hal itu agar kekerasan tidak perlu terjadi. Untuk itulah, Peace Leader Jember di bentuk. Mereka baru saja menerima mandat untuk mengemban, menebar, dan mempromosikan nilai-nilai toleransi dan perdamaian.

Mereka dipilih untuk dilatih guna menjadi duta perdamaian di Jogja. Setelah mengikuti pelatihan yang diselanggarakan oleh The Asian Muslim Network (Aman) Indonesia dan Search For Common Ground Indonesia (SFCG), mereka membuat komunitas pada 28 Oktober 2014. Yakni, Komunitas Peace Leader, suku, ras, budaya, usia yang memperjuangkan perdamaian dunia.

Rendy menjelaskan, para pemuda itu didelegasikan oleh masing-masing komunitasnya untuk mengikuti pemilihan Peace Leader. Mereka di-training selama lima hari agar bisa mewakili Jember ke Jogja. "Mereka dibekali materi konflik, ujarnya.

Pulang dari Jogja, mereka diharapakan bisa mengaplikasikan ilmu yang diperoleh. Lalu membentuk dan mengembangkan komunitas Peace Leader sampai sekarang. "Kemudian namanya diganti Komunitas Keberagaman Peace Leader," akunya.

Banyak kegiatan positif yang dilakukan oleh para komunitas tersebut, seperti membangun misi harmonisasi dengan kegiatan road show ke jumlah sekolah, komunitas, safari lintas iman, pelatihan menulis, training of trainer, kerja bakti, dan pelatihan bina damai pemuda. "Ada juga kegiatan seminar dan workshop, peace goes to campus, dan camping," terangnya.

Selain itu, mereka juga melakukan kerja sama dengan berbagai komunitas di Jember, seperti Forum OSIS Jember, Forum Peduli Anak Dan perempuan, Gerakan Peduli Perempuan, dan lainnya. Mereka melakukan road show ke sekolah dan pesantren dan menggalang dukungan untuk hidup toleran di tengah perbedaan.

Tentunya, mereka sudah dibekali dengan keterampilan leadership, pemikiran yang terbuka akan perbedaan, serta bisa mengajak yang lain untuk berperilaku saling menghormati. Pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan terus dikembangkan. "Kami gencar melakukan di tiga titik, Kecamatan Kencong, Balung, dan Jombang," tuturnya.

Rendy menambahkan keterampilan yang diperlukan adalah kemampuan menyampaikan materi, menyakinkan audien, serta mempengaruhi cara pandang masyarakat dan yang tak kalah penting adalah mengorganisir komunitas. "Ini penting agar gerakan perdamaian menjadi lebih besar dan menyentuh lebih banyak masyarakat," paparnya.

Menariknya, komunitas itu tidak hanya diisi oleh anak muda yang sekarang berjumlah 35 orang. Orang tua pun juga bisa ikut bergabung untuk menebarkan perdamaian di Jember. Sehingga bisa tercapai kehidupan yang rukun dan harmonis. (c1/har)
Sumber : Jawa Pos Radar Jember 07 November 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar