Senin, 20 Februari 2017

Syaiful Yatim, Guru Seni yang Menjadi Pelukis Murai


Melukis di Tembok Lebih Susah Dibanding di Atas Kanvas

Bagi sebagai orang, memasuki masa pensiun bisa mengalami post power syndrome. Namun tidak demikian bagi Syaiful Yatim, guru seni rupa SMAN 3 Jember. Di usia unjung usia pensiun, dirinya tertantang menjadi pelukis tembok alias mural.

RANGGA MAHARDIKA, Jember
SEORANG pria termenung cukup lama di depan tembok bangunan tua di Jl Slamet Riyadi Patrang. Kemudian, dirinya mulai menggoreskan dengan lembut tangannya di tembok yang baru saja di cat putih. Dirinya tampanya membuat sketsa corat-coret di tembok tersebut.

Meskipun masih terlihat goresan kasar, namun sudah mulai tampak jika itu adalah sketsa wajah perempuan. Ternyata, pria tersebut hendak melukis di tembok itu karena sudah menyiapkan berbagai peralatan.

Dia adalah Syaiful Yatim. Dirinya memang tergerak untuk menekuni seni melukis di banding alias mural. Kebetulan ada permintaan untuk melukis di tiang tembok gedung tua tersebut. "Baru menekuni dunia melukis dengan media tembok ini ya tahun 2016 ini," ucap pria yang juga guru seni di SMAN 3 Jember ini.

Yatim mengakui, dirinya setahun ini tertarik untuk menggerakan kuas di dinding.


Aktif Mengikuti Pameran Lukisan di Luar Kota

Meskipun sebenarnya melukis di tembok bukan hal baru karena pernah dilakukannya sejak puluhan tahun silam saat dirinya masih sekolah dan kuliah di jurusan seni rupa IKIP Jogjakarta.

Tetapi, karena baru mulai menggeluti lagi dirinya harus kembali belajar. Karena melukis di tembok jauh lebih menantang. "Perbedaan yang mendasar jika ditembok pasti cepat kering," ucap suami Erma Sri Utami ini. Bahkan, dalam hitungan cat sudah kering.

Sedangkan jika menggunakan kanvas, keringnya bakal bisa lama, bahkan sehari semalam belum tentu kering. Oleh karena itu, jika melukis dengan media kanvas,

imbuh alumni SMAN 1 Jember, bisa dimainkan alias diperbaiki beberapa waktu kemudian. Kalau ditembok nempel harus matang," ucap pria kelahiran Jember 27 Juni 1960 ini.

Karena itu, dibutuhkan ketelitian yang lebih dalam melukis tembok. Dan hal inilah yang diakuinya membuat melukis di tembok memberikan tantanngan yang lebih. Dirinya menuturkan akan masih menggeluti melukis di tembok.

Sementara itu, dirinya bukan hanya menggeluti lukisan tembok, tapi juga kanvas. bahkan, dirinya mengakui jika kahir-akhir ini produktivitas melukisnya sangat meningkat. Padahal, di awal 2016 dirinya menargetkan untuk bisa menghasilkan karya lukis sebanyak 10 buah. Sudah melebihi terget. Tahun 2016 ini sudah buat 14 buah lukisan," ucap ayah dari Lingga Pranba Mahameru, Lintang Praba Ken Patma Rinjani, Liana Patma Praba Maulana, dan Lila Rin Nariratri.

Terkait dengan aliran lukisannya, Yatim mengakui jika dirinya kini lebih pada dekoratif surialisme. Yakni, aliran suraalisme atau alam bawah sadar, namun tetap dengan menonjolkan keindahaan.

Apalagi, dirinya kini bertemu dengan sejumlah komunitas yang aktif melukis. Mulai dari Komunitas Koperjati (Komunitas Perupa Jawa Timur ), Seru 79 (Seni Rupa Angkatan 79 IKIP Jogja). Juga KPJ (Komunitas Perupa Jember), Masyarakat Seni Rupa Jember.
Karena itu, dia tidak merasa masa pensiunnya bakal sepi aktivitas.

Dengan melukis lagi, masa pensiunnya akan lebih produktif. "Bahkan sekarang sering mengikuti pameran," akunya. Dia sering ikut pameran lukisan di sejumlah kota di Inonesia. Mulai dari Jogja, Lombok, Bali, dan sebagainya.

Bulan depan nanti akan menikuti pameran di Banyuwangi. Karena itu, dia merasa hidupnya kini menjadi lebih berwarna. Malah, banyak refreshing dengan mengikuti berbagai pameran di luar kota.

Meski demikian, dirinya tidak melupakan tugas utamanya sebagai tenaga pendidik di SMAN 3 Jember. Dirinya masih tetap memberikan pendidikan. semua kegiatan itu dilakukannnya di sela-sela mengajar di sekolah. (c1/har)


Sumber : Jawa Pos Radar Jember 12 November 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar