Lewat Tubing Bodyrafting, Ajak Warga Bersih-Bersih Sungai
RANGGA MAHARDIKA, Jember
BAGI warga Desa Sumber Kejayan Mayang, yang lama tidak pulang ke daerahnya tentu akan kaget melihat sungai yang ada di belakang balai desa setempat. Pasalnya, sungai tersebut kini airnya tidak lagi hitam kecokelatan seperti dulu. Namun, sejak beberapa bulan terakhir air sungai dengan arus yang lumayan deras ini terlihat bening.
Semua ini ternyata tidak lepas dari ide tiga mahasiswa FKM Unej yang mengagas program kebersihan sungai ini.Tiga mahasiswa itu adalah Widya Nindy Nastiti, Anggi Aditama, dan Siti Lailatus Sa'diyah. "Sungai ini dulunya tidak terawat, banyak sampah yang mecemari sepanjang aliran sungai, "ucap Nindy, ketua kelompok mahasiswa ini.
Saat datang ke desa tersebut, dirinya melihat banyak pemandangan warga yang menggunakan air sungai untuk kegiatan sehari-hari baik untuk mandi, di cuci baju dan bunag air besar.
Mendapat Hibah Pengabdian dari LPM Unej
Kondisi ini membuat ketiga mahasiswa tersebut berpikir cara mengubah perilaku masyarakat setempat.
Tentu saja bukan perkara mudah. Sebab, beraktivitas di sungai ini sudah menjadi kebiasaan dari masyarakat setempat.Jika tiba-tiba di ajak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan menjaga lingkungan.Merekan pun kemudian menggandeng Posdaya dan Karang Taruna Desa Sumberkejayan.
Salah satunya kemudian bersama masyarakat ini tercetus untuk membentuk Komunitas Peduli Sungai Bersih dan Indah (Kompassiana).
Di bawah ini bimbingan dosen Bagian Kesehatan Lingkungan FKM Unej Prehatin Trirahayuningrum, ketiga mahasiswa ini mematangkan konsepnya. Konsep dasar dari kegiatan ini menjaga kelestarian serta kebersihan sungai tersebut. "Tapi di satu sisi membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, "ucapnnya.
Kompassiana ini kemudian menemukan ide untuk melakukan pengembangan ekowisata berbasis pos daya masyarakat di desa setempat.
Kemudian timbullah ide ekowisata bodyrafting yang memanfaatkan aliran air sungai yang ada di Desa Sumberkejayan. Ternyata, rencan itu disambut antusias masyarakat.
Bahkan, masyarakat utamanya para pemuda ini sangat bersemangat dengan ide tersebut.Mereka berbondong-bondong dengan masyarakat membersihkan sungai tersebut. Selain mengambil sampah di sungai-sungai itu, warga juga bersam-sama memindahkan batu besar. selain itu, banyak rumpun bambu yang dianggap sebagi penghambatan aliran sungai jika tersangkut sampah pun dibersihkan.
Aliran sungai pun lancar dan bebas sampah. Lalu, warga iuran untuk mencoba melakukan bodyrafting atau yang dikenal tubing.Yakni, menikmati aliran sungai dengan menggunakan ban besar. Untuk sekali tubing, dibutuhkan waktu sekitar 20 menit unruk menikmati indahnya sungai sejauh 1,5 km.
Apalagi, kini ada sekitar 30 warga yang tergabung dalam pengurus Kompssiana yang mengelola K7YN Adventure. Mulai dari bagian pengurus, tim relawan penjaga di sungai hingga ke bagian pengantar pengunjung ke hilir. "Kegiatan ini membuat masyarakat cukup senang bahkan menjadi kegiatan rutin masyarakat sekitar di sore hari jika waktu senggang," ucap Anggi, mahasiswa lainnya.
Kini, arena ekowisata ini mulai dilirik pengunjung yang suka dengan petualangan. "Sudah cukup banyak yang menyewa," ucapannya. Untuk setiap pengunjung hanya dikenakan 20-30 ribu sekali tubing.
Bukan hanya itu, para mahasiswa ini pun peminta dukungan kampus untuk kegiatan ini dan membuat Proposal Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM). Ide ini menarik perhatian Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Unej dan memberikan Hibah Pengabdian dalam Meningkatkan Kualitas Karya Unggul Mahasiswa di Bidang Pengabdian dan Wirausaha bagi Mahasiswa Tahun 2016.
Proposal program ekowisata ini direalisasikan di lapangan. Diawali dengan agenda konsolidasi dan forum group discussion. Hingga puncaknya 4 Desember lalu dilakukan peresmian dan pembukaan ekowisata tubing ini. Peresmian ekowisata tubing berbasis masyarakat telah dilaksnakan oleh camat Mayang di dampingi muspika, perangkat desa warga sekitar.
Hingga saat ini, ekowisata tersebut dapat menjadi mata pencaharian bagi warga setempat. Setidaknya 30 orang terlibat, mulai dari pemuda desa hingga pengangguran, dapat ikut mengelola dan mengembangkan ekowisata. (c1/har)
Sumber: Jawa Pos.Radar Jember Sabtu 10 Desember 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar