Kamis, 26 Januari 2017

Putut Widjanarko, Mantan Pilar Persebaya dan Kapten Tim Persid


Bertekad Tingkatkan Lisensi Pelatih Untuk ModerasiI Sepak Bola

Mantab menanggalkan status PNS, mantan kapten Persid Jember, Putut Widjanarto memilih total berkarier di dunia sepak bola. Sebagai pelatih, putut yang juga pernah memperkuat timnas berambisi untuk terus meningkatkan skill-nya dengan mengejar lisensi pelatih tertinggi di indonesia, A AFC.



ADI FAIZIN, Jember

NAMA putut widjanarto pernah sangat akrab di kalangan pencipta sepak bola di Jember. Selama kurun 2002 hingga 2005, dia pernah memperkuat kesebelasan Persid Jember. Bahkan sempat pula menyandang ban kapten tim

Saya waktu pindah ke Persid karena di ajak pak samsul ( almarhum/mantan Bupati Jember.) Karena waktu itu, beliau adalah pernah jadi manajer saya di persebaya" ujar pria kelahiran surabaya ini.

Putut memang mengawali karier sepak bola profedionalnya di Persebaya mulai tahun 1989, saat berusia 20 tahun. Dari beberapa klub yang pernah ia singgahi, Persebaya jadi salah satu klub yang paling berkesan.

 Optimistis Jember Bisa Lebih Baik Lagi


Karena di Persebaya saya pernah juara Ligina tahun 1993. Waktu itu zamannya ( kapten ) Jackson F.thiago dan pelatih Rusdi Bahalwan " ujar pria yang pernah memperkuat timnas selama tiga tahun sejak tahun 1992 ini.

Persebaya juga menjadi klub yang paling lama ia bela, yakni hingga delapan musim. Putut dua kali masuk keluar di Persebaya, yakni dari musim 1989-1993 dan musim 1995-1999. Selanjutnya, ia sempat singgah di Persela Lamongan selama satu tahun musim sebelum kemudian bergabung ke Persib Jember.

Karena merasa mantap berkarier di dunia sepak bola, Putut tidak ragu menanggalkan status sebagian PNS di pembab Jember pada tahun 2003. Saat itu, sembari membela Persid Jember ia juga berdinas staf bidang Kesra.

"Memang beberpa temen ada yang menyayangkan ( keluar dari PNS ). Tapi hidup itu kan pilihan, "kata Putut. Ia memilih mundur karena harus berpindah kota setelah tidak bagi membela Persid. Tidak hanya dirinya, Putut juga mengajak istrinya yang saat itu sebagai staf honorer di Pemkab Jember.

Persipro Probolinggo menjadi klub terakhir yang ia bela sebagai pemain selama dua musim. Putut memutuskan gantung sepatu pada 2007, atau pada usia 38 tahun. Selanjutnya, ia memulai karier kepelatihannya dengan menjadi asisten pelatih Persipro yang saat itu berlaga di divisi 1. "Saya termasuk terlambat memulai jadi pelatih" tutur pria kelahiran 27 januari 1969.

Setelah di percaya memegang kursi pelatih Persipro pada musim berikuynya, Putut berhasil membawa klub tersebut naik kasta ke divisi Utama pada tahun 2009. Kesuksesan itu membawanya mendapatkan kesempatan melatih beberapa klub seperti PSBI Blitar, Persinga Ngawi dan Persibas Banyumas.

Dalam memilih tawaran pelatih, Putut mendasarkan pada tangan yang diberikan. "Karena kalau tantangannya tinggi, kita jadi lebih semangat dan CV ( curri culum vitae ) kita juga jadi bagus kalau berhasil," ujar putut. Menurutnya, keberhasilan menaklukkan tantangan yang di berikan klub secara otomatis akan mendongkrak nilai jualnya sebagai pelatih.

Tahun ini, Putut secara berturut turut menukangi tiga tim untuk beberapa turnamen, mulai dari Persibas Bayumas, Surabaya United, dan Persikabra Blora. Selain itu, Putut tahun ini juga sempat menjadi arsitek klub Bhayangkara Jember yang berisikan anggota Polres Jember.

Dari beberapa klub yang pernah ia pegang, Pesingan Ngawi menjadi klub yang paling berkesan. Sebab, selama empat musim menangani klub tersebut, dia selalu mendapatkan kenaikan prestasi.saat pertama di percaya melatih tahun 2009, ia berhasil membawa Persingan naik dari divisi 2 ke divisi 1.

Musim berikutnya, Putut mengulang kesuksesan dengan membawanya naik ke divisi 1 dan kembali naik ke divisi utama pada musim 2010-2011. Di musim terakhir, ia berhasil membawa persingan ke 16 besar divisi utama. " Kunci keberhasilan adalah kerja sama tim dan dukungan penuh dari manajemen " ujar bapak dari Zidane Raditya Wijanarko, 8, dan Sekar Ayu Larasati Wijanarko, 5, ini.

Selain bupati sering mengunjungi latihan untuk memberikan suntikan morill, manajemen persingan ngawi menurut putut juga cukup profesional dengan selalu membayarkan gaji dan bonus bagi pemain dan pelatih secara tepat waktu.

Seperti hal banyak permain dan pelatih lainnyadi Indonesia, Putut juga pernah mengalami berupa pembayaran gaji dan bonus yang terlambat dari manajemen," kalau sudah seperti itu, kita sebagai pelatih akan susah untuk memotivasi para pemain," tutur suami dari indah ratna latifah,36,ini.

Namun Putut optimis,PSSI yang saat ini di bawah kepemimpinan Letjen TNI Edi Rahmayadi, bisa segera berbenah." Karena kalau militer, seharusnya bisa lebih tegas dari kepemimpinan yang sebelumnya," tutur putur.

Sebagai mantan pemain dan pelatih jga mengaku sempat mengalami berbagai masalah dan godaan yang ada di dunia sepak bola Indonesia.  Ia misalkan sempat beberapa kali mendapat tawaran suap dari mafia judi untuk mengatur skor Namun tawaran itu selalu ditoalaknya.

Putut menilai,sepak bola Indonesia saat ini masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lain."jangankan dengan negara-negara Eropa, dengan negara-negara Asia Tenggara lain saja, kita masih  tertinggal," tutur alumnus Sekolah Guru Olahraga (SGO) Surabaya ini. Ketetinggalan itu menurut putut terletak pada dua masalah utama, yakni modernisasi kepelatihannya dan pembinaan usia dini.

Untuk itu,ia kini juga giat meningkatkan skill kepelatihannya.saat ini , ia sudah mengantongi lisensi C AFC yang merupakan tingkat tertinggi ketiga di Indonesia yang dikeluarkan oleh AFC (asian football confederation ).tahun depan, ia bertekad untuk mengejar lisensi B AFC.

"Karena pelatih sepak bola itu harus terus memodernisasi skill kepelatihannya. Tidak saja berdasarkan pengalaman," ujarnya putut bertekad akan mengejar lisensi A AFC yang merupan lisensi kepelatihan tertinggi di indonesia yang juga menjadi syarat melatih timnas.

Dia juga menilai pembinaan sepak bola usia dini di indonesia masih banyak yang harus dibenahi."Seperti di Jember ini, ada banyak sekolah sepak bola. tapi yang pelatinya punya lisensi kepelatihan masih sedikit," tutur Putut.

Dia membandingkan dengan di Singapur yang untuk sekolah sepak bolanya saja, memiliki pelatih dengan kualifikasi lisensi C AFC. Lisensi pelatih yang semakin tinggi menutut Putut akan berpengaruh pada pola pelatihan yang diberikan. Selain memberikan banyak sentuhan sains pelatih dengan kualifikasi lisensi yang tinggi akan memberikan materi pelatihan yang lebih terprogram dengan baik.

Terkait sepak bola di Jember Putut optimis bisa lebih baik lagi," Saya dengar, Bupati menyatukan Persid dengan Jember Uniteds agar lebih berprestasi. Itu cukup bagus " tutur Putut yang sejak tiga bulan terakhir berdomisili di jalan teratai, Gebang Jember ini. Dengan memiliki fasilitas stadion seperti Jember sport Gerden yang menurutnya sangat reprensentatif, klub sepak bola di Jember ke depan seharusnya berada di kasta tertinggi di angkat nasional.( mgl/cl/hdi)

Sumber: Jawa Pos.Radar Jember.Sabtu 3 Desember 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar