Rabu, 25 Januari 2017

Di Balik Panggung Ketoprak Humor yang Diterapkan Bupati Faida

 

Hitung-Hitung Reuni, Sanggupi Tawaran Naik Panggung

Pementasan Ketoprak Humor di Balai Budaya Surabaya, Jumat (25/11) pekan kemarin, masih meninggalkan tanya tentang bupati Faida, saat menaklukkan panggung yang dia perankan. Seperti apa persiapan sang bupati sebelum manggung?



RULLY EFENDI, Jember

BUPATI wanita ini mengenangkan kostumbak ratu. Tampil di atas panggung dengan paras cantik, membuat semua orang lupa tentang identitasnya. Dialog dengan selingan tarian dan puisi, di tampilkan apik layaknya aktris pameran teter kawakan. tepuk tangan pun bersambut.

Totalitas memainkan perannya semakin tanpak. Bahkan paling mengonjol. Terlebih, saat mendengar teriakan yel yel yang menyebut nama jember. Dia pun membalasnya dengan di alog khas Jemberan. salah satunya ungkapan tretan dhibik.

Sangat fasih berdialog bahasa Jawa campur Madura. Masyarakat Jember menyebutnya Pendhalungan. Betapa tidak, karena dia memang seorang bupati Jember. Dokter faida, begitu publik mengenalnya.

Dyah Anantawikarama Dewi adalah tokoh yang di perankan Faida. Seorang anak Raja Medang, pewaris tahta ke rajaan.


Tawran Main Ketoprak Serba Mendadak


Dia beradu akting dengan Rektor Unair Mohammad Nasih, yang kebagian peran Nararya Airlangga. Dua tokoh itu yang menghidupkan suasana pementasan ketoprak humor, yang digelar di B alai Budaya Surabaya, Jumat ( 25/11 ) sepekan kemarin.

Di bawah panggung, terungkap bahwa sang bupati hanya berlatih sekali sebelum manggung. bahkan, porsi latihannya tidak melibatkan semua pemain. maklum, karena pemeran ketoprak ber judul Menyatukan Kembali Nusantara, para petinggi kampus dan penjabat negara. "Bukan aktingnya yang dinilai.Tapi keberanian manggung yang membuat dag-dig-dug" tuturnya sambil melepas senyuman lega.

Kekuatan melakukan improvisasi, dilakukan dengan imajinasi yang dia miliki. Bahkan saking inginnya berperan maksimal, diwaktu senggang dari kesibukannya, Faida pun tak jarang menghafal dialog yang di perankan.

Sejumlah literatur dia buru hingga harus membuka youtube. Berlatih sendiri di depan cermin, juga dia lakukan untuk menghasilkan penampilan terbaik semua dia lakukan, tak lain untuk membangun citra, bahwa masyarakat Jember selalu serius saat diberi tanggung jawab."Karena bagaimanapun, saya membawa nama Jember,"ujarnya.

Serba mendadak,kata Faida. Tawaran main ketoprak itu pun, tak lebih sepuluh hari sebelum manggung. Dia mendapatkan tawaran dari para alummi Unair, tempatnya kuliah dulu. Hitung-hitung reunian, dia menyanggupi tawaran main ketoprak . Setelah beberapa hari, ternyata tak hanya alumni Uniar yang terlibat. Para rektor dan ketua alumni dikampus lainnya pun, ikut ambil bagian.

Semakin semangat. Terlebih setelah membaca naskah cerita di atas panggung. Dia menilai, judul ketoprak Menyatuhkan Kembali Nusantara, diyakininnya mampu mengingatkan kembali masyarakat, bahwa ada perjuangan panjang para leluhur bangsa menyatuhkan Nusantara. Sampai akhirnya, terbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ).

Nilai-nilai nasionalisme yang dikemas dengan cerita santai,diyakininya lebih mudah di terima masyarakat. Namun di balik itu semua, Faida meiliki kesempatan lebih menggandeng para tokoh kampus tersebut, untuk ikut ambil bagian menyukseskan program pembangunan di jember. salah satunya soal program satu desa satu dosen.

Gayung bersambut. Lobi di balik panggung ketoprak humor, rupanya membuahkan hasil. Semua dia lakukan untuk masyarakat Jember. Supaya lebih klop lagi, Faida pun mengundang para tokoh perguruan tinggi ternama itu ikut tampil di panggung serupa yang bakal di gelar di Jember tahun 2017 mendatang.

"Saat manggung di Jember, giliran kami promosi daerah di kemas lakon Pandhalungan" katanya.( rul/c1/hdi )

Sumber: Jawa Pos.Radar Jember Jum'at 2 Desember 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar