Kamis, 26 Januari 2017

Supriyadi, Pengrajin Gitar Autodidak dari Desa Balung Kulon

 

Awalnya Coba-Coba Lama-Lama Kewalahan Terima Pesanan

Dia dulu di kenal sebagai anak jalanan. namun berkat ketekunannya, supriyadi,mantap pengamen asal dusun krajan lor, desa balung kulon, kecamatan balung ini sukses sebagai pengrajin gitar.



KHAWAS AUSKARNI, Jember

DITEMUI dalam ruangan seempit berukuran 1x5 meter persegi, ia tampak serius mengecat gitar bikinannya. Di dinding kanan dan kiri ruangan itu tampak gitar gitar yang berseraka, dari mulai setengah jadi hingga siap jual.

Beberapa minggu sebelumnya dia mendapatakan pesanan lima buah gitar dari salah seorang pelanggannya dari luar daerah. Hari itu saja, sudah beberapa kali sang pemesan bolak balik menelponnya menanyakan barang pesanannya tersebut.

Pemuda 34 tahun itu berujar, sekitar delapan tahun silam, kehidupannya bisa di bilang tak jelas. Bersama dengan pemuda sebayanya kala itu, Supriyadi kerap menghabiskan waktunya untuk ngamen, mabuk-mabukan, lantas berdagang di sudut kampung.

Dari situlah kemudian dia menemukan bakatnya sebagai pengrajin gitar. Berawal dari perkelahian dengan sesama kawannya di pos kamling dekat rumahnya selepas ngamen, tak sengaja gitarnya yang seemata wayang terinjak. Lantas, patahlah gitar itu.

Jenis Kayu Berpengaruh pada Suara

Menyadari tak punyaa cukup uang untuk membeli gitar baru, akhirnya iseng-iseng ia coba membetulkannya sendiri. per panduan bakat dan ketelatenan tersebut ternyata membuahkan hasil. Gitar patahnya kembali seperti sedia kala.

Dari situ, lantas ia jadi terpikir untuk membuat gitar baru, secara autodidak. Namun, permasalahan baru muncul. Ia tidak punya modal untuk membeli peralatan serta bahan baku kayu mentah.

Dengan tekat bulat akhirnya ia memutuskan untuk merantau ke Pulau Bali. Tepatnya di Daerah Kesiman, Bali Supriyadi bekerja di sebuah industri mebel.

Selang enam bulan, ia kembali ke kampung halaman dengan alasan modal yang di butuhkannya sudah cukup. Dengan nyicil, Supri,penggilan akrabnya membeli satu per satu peralatan membuat gitar, mulai dari mesin planner, hingga bor.

" Awalnya tidak langsung pingin buka usaha gitar. tapi asal bikin aja. karena memang hob" ujarnya.

Sembari memperhalus keterampilannya secara autodidak, supri mengamen dari satu rumah ke rumah lainnya, dari satu toko ke toko lain.

Suatu saat ketika ngamen pada salah satu toko peralatan musik di kawasan ambulu, salah satu senar gitar ada yang putus. "jadi setelah ngamen di toko itu, saya beli senar baru, "tuturnya sambil tersipu.

Kesempatanitu ia manfaatkan untuk menawarkan produk bikinnya kepada si pemilik toko peralatan musik itu memesan 10 buah gitar sekaligus pada supri.

Kabar baik, selang beberapa bulan gitar bikinan supri dikabarkan habis oleh pemilik toko. sediannya, supri mendapatkan pesanan lagi untuk mengirimi sejumlah gitar ke toko tersebut.

Namun di waktu bersamaan ia mulai mendapatkan pesanan baru dari bnyak orang. Akhirnya Supri merasa kualahan.

Di akui olehnya, kendala yang dihadapinya saat ini adalah masalah tenaga. Kerapkali ada orang yang datang kepadanya untuk bekerja dan belajar, namun tidak mampu bertahan lama "Tiga minggu sudah mutung biasanya" ucpan Supri

Menurut Supri, diapengrajin gitar yang beraliran lutier. Sehingga, tidak bisa jika harus memproduksi gitar secara massal dengan mengabaikan kepanduan suara."Kalau produk masal pokoknya jadi. saya tidak bisa seperti itu"akunya

Untuk bisa menghasilkan gitar dengan suara yang padu tidak mudah. Hal yang bisa dilihat secara kasat mata yaitu dengan mengkomposisikan jenis dan ketebalan bahan baku secara pas."Tapi dalam prakteknya tidak semudah itu. Feeling lebih banyak bermain ," katanya

Megenai harga diakuinya variatif. Gitar dengan kualitas stndar dipatoknya dengan harga Rp 750 ribu. Yang paling bagus katanya, gitar dengan bahan baku kayu siprus. Jenis kayu yang didatangkan dari Kanada. Untuk gitar jenis itu, ia biasa melepas ke pemesan dengan harga Rp 2,5 juta.

Jenis kayu berpengaruh pada kualitas suara. Umumnya gitar akustik dengan bahan kayu siprus di pesan oleh mereka yang paham betul masalah gitar, atau yang berlatar bekalan musisi.

Kayu tersebut ia memperoleh dengan cara ngecer dari salah seorang kawannya sesama pengrajin gitar,namun skalanya lebih besar. lantaran, produsen kayu tersebut tidak menjual secara eceran.

Selain mendapatkan pesanan gitar sungguhan, Supriyadi ada kalanya juga menerima pesanan gitar mini sebagai hiasan atau souvenir. Untuk yang satu ini ia mampu memprofuksinya secara massal." Kalau hanya souvernir kan yang penting bentuknya, suara  tidak berpengaruh. Asal jadi pokonya,"kilahnya. pesanannya banyak datang dari Makasar, melalui salah seorang kawannya. Perhari hari, Supri mampu membuat hingga 70 buah gitar hiasan tanpa dibatui orang lain.(was/hdi)



Sumber: Jawa Pos.Radar Jember. Minggu  4 Desember 2016

3 komentar: