Kamis, 02 Maret 2017

Perjuangan M. Ali Yasin Kuliah d Perguruan Tinggi



Setiap Libur Semester Menjadi Kuli Bangunan


Susah payah meraih gelar sarjana benar-benar dirasakan oleh M. Ali Yasin. Telahir dari keluarga kurang mampu,tak menyurutkan langkahnya untuk kuliah di strata satu IAIN Jember.

BAGUS SUPRIADI, Jember

SABTU (31/12) lalu, Yasin tampak sedang bekerja sebagai kuli bangunan di Perumahan Milenia, Kaliwates. Mahasiswa IAIN Jember itu memanfaatkan hari liburnya untuk bekerja. Sejak pertama kali kuliah sampai sekarang, semeter V.

Semangat untuk melanjutkan kuliah tertanam sejak lulus MAN 2 Jember. Namun, keterbatan ekonomi sempat membuatnya bingung. Apalagi,orang tuanya. "Kadanf orang tua bertengkar karena utang didepan saya. Jadi saya merasa tidak enak waktu itu," katanya.

Hampir setiap hari keluarganya ditagih utang. Yasin pun terpikir untuk membantu keluarganya. Saat itu, dia baru lulus sekolah. Ketika lulus sekolah, saya bilang ingin kerja apa saja, yang penting dapat uang," ujarnya.

Akhirnya, pria kelahiran 19 Juni 1995 tersebut pun bekerja sebagai kuli bangunan. Hasil jerih payahnya diberikan pada orang tua untuk membanyar utang. "Saat itu kerja selama satu bulan puasa hasil yang peroleh Rp 900 ribu," akunya.

Tak selesai disitu, Yasin lantas merantau ke Bali ikut bapaknya menjadi tukang parkir. Di sana dia juga menjadi juru parkir, meskipun tidak la,a. Dia segera balik lagi ke Jember saat masa pendaftaran kuliah dibuka. Tebaknya satu, ingin melanjutkan ke perguruan tinggi.

"Saya dikasih pilihan sama bapak, mau kuliah atau kerja. Saya pilih kuliah," ungkapnya.



Sebagian Hasil Nguli Diserahkan Ke Orang Tua


Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam tersebut kemudian mendaftarkan diri dengan uang yang dihasilkan dari ngull.

Saat kuliah dia terus berjuang agar kuliah yang dijalaninya tidak mengalami kendala. Untungnya, dia mendapat keringanan karena uang kuliah tunggal (UKT) tidak mahal, sekitar Rp 200 ribu. Sehingga, bisa membantu dirinya melanjutkan studi.

Namun, setiap libur semester, Yasin selalu menjadi kuli untuk membuat kehidupan sehari-hari dan membayar kebutuhan kampus. Semester pertama, dia menjadi kuli di Perumahan Tegalbesar selama dua bulan.

Pada semester dua, ngulu di Perumahan BUmi Mangli Permai selama dua bulan. Semester tiga, membangun pembangunan ruko di sekitar Jl Panjaitan. "Saat semester IV saya sakot tidak bisa kerja," akunya.

Sekarang, lanjut alumnus SMPN 14 tersebut sedang nguli di Perumahan Millenia. Hasilnya, dia berikan pada orang tua agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Selain itu, sempat diminta tinggal dan menjaga dirumah rektor,"akunya

Dari sana, Yasin bisa bertahan untuk menggapai cita-citanya S1. Kemauannya untuk membanggakan orang tua sangat kuat. Sebab, warga di lingkungan tempat tinggalnya di Kelurahan Antirogo, Sumbersari, masih sedikit yang kuliah. "Tujuannya hanya ingin membahagiakan orang tua," tegasnya.

Apalagi, kata Yasin, dirinya memiliki empat adik yang juga harus melanjutkan pendidikan. Sehingga, dia tidak gengsi untuk bekerja meskipun sebagai kuli. Toh, menjadi kuli merupakan pekerjaan halal. "Mau kerja yang lain belum dapat dan tidak mengganggu jadwal kuliah," paparnya.

Ironisnya, yasin sempat mengalami kekurangan uang selama tiga hari. Untuk membeli makanan sangat kerepotan. Saat itulah semangatnya terus menggebugebu untuk bekerja. "Sempat tiga hari tidak menemukan makanan ungkapnya.

Di lain sisi, tetangga selalu menagih utang agar segera dibayar. Telinganya semakin panas dan ingin segera melunasi hutang. "Akhirnya, kerja kuli terus dilakukan sampai sekarang, Imbuhnya.

Melalui pendidikan, Yasin berharap agar kehidupannya bisa menjadi lebih baik. Dia tidak ingin di masa mendatang kesulitan ekonomi. "Sebenarnya ingin kuliah sambil usaha, tapi masih belum bisa," pungkasnya. (gus/c1/har)




Sumber : Jawa Pos Radar Jember 02 Januari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar